Kenduri Apam, Warisan Tradisi Masyarakat Melayu Sambut Ramadhan

Berita946 Dilihat

Tradisi masyarakat melayu tempo dulu, kini kembali dihidupkan di tengah kehidupan modern sebagai upaya pelestarian kearifan lokal dan menjadi warisan budaya sebagai muatan sejarah yang tak lekang oleh waktu. Jelang bulan suci ramadhan, masyarakat Kecamatan Mempura Kabupaten Siak Provinsi Riau menggelar “Kenduri Apam” di Halaman Balai Kerapatan LAM Kecamatan Mempura Kampung Tengah, Senin 16/04/2018 yang dulu kerap dilakukan oleh masyarakat melayu ketika hendak memasuki bulan suci Ramadhan. Kenduri Apam juga dilaksanakan bersempena peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada akhir bulan Rajab.

Apam adalah sejenis kue tradisional yang terbuat dari tepung beras, tapai beras dan gula kelapa yang dikukus dan dimakan dengan parutan kelapa.

Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Kabupaten Siak H. Wan Said menuturkan, dulu dikalangan masyarakat melayu Siak setiap bulan rajab selalu melakukan kenduri kue apam atau kenduri kecik. Kendurinya dilakukan hanya pada rumah warga saja yang tujuannya selain sudah menjadi tradisi turun temurun, kenduri itu juga mengundang tetangga sekitar untuk membacakan doa selamat bagi keluarga yang sudah meninggal, juga mendoakan tuan rumah agar sehat dalam menyambut bulan puasa. Biasanya kenduri ini dibuat sebagai pertanda bulan ramadhan akan datang.

Pada masa itu, kue apam merupakan sajian khas yang telah diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat terdahulu. Dijadikannya kue apam sebagai menu utama kenduri, karena pada masa itu tak ada makanan lain untuk diolah masyarakat kampung yang kebanyakan bermata pencarian berladang padi. Memiliki beras yang cukup membuat masyarakat lebih kreatif memanfaatkan bahan yang ada dan mengolahnya menjadi tepung sebagai bahan dasar utama pembuatan kue apam.

Plh. Sekretaris Daerah Kabupaten Siak H. Jamaluddin, M.Si mengatakan tradisi yang kini kembali dihidupkan merupakan tradisi orang orang tua dulu. Tradisi ini merupakan khasanah budaya daerah yang harus dilestarikan, sesuai dengan komitmen Pemerintah Daerah saat ini yang sedang mempromosikan pariwisata religi dan halal di Kabupaten Siak. Nilai-nilai tradisi dan kultur melayu yang identik dengan nilai-nilai religi inilah yang menjadikan Siak semakin kaya dalam potensi dan pembangunan kepariwisataan saat ini selaras dengan Tag Line pariwisata Siak “Siak the Truly Malay”.

Sumber : Humas Kab. Siak, 17 April 2018

Editor Narasi : eq_medcen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WordPress › Galat