Sejarah Dibalik Pemberian Nama Gedung Daerah dan Simbol Kebanggaan Negeri Istana Siak

Berita1596 Dilihat

Kabupaten Siak sebagai pusat kebudayaan melayu dan Kota Pusaka Indonesia satu-satunya di Provinsi Riau, semakin hari terus berbenah melalui pembangunan infrastruktur yang dilalukan dalam mendukung semangat Siak the Trully Malay.

Gedung Daerah Sultan Syarif Kasim II, jembatan Datuk Tanah Datar dan Jembatan Datuk Pesisir di kawasan Kecamatan Mempura akan menjadi destinasi wisata baru pasca diresmikan oleh Bupati Siak pada Rabu (24/1/2018) siang.

Peresmian pemakaian gedung megah dan dua jembatan yang indah ini, tentu memiliki makna tersendiri di hati setiap orang yang melihatnya serta warga masyarakat Negeri Istana sebagai daerah pariwisata di Pulau Sumatera.

“Alhamdulillah, sejak dimulai proses pembangunannya sudah dapat dibayangkan megah dan indahnya gedung daerah Sultan Syarif Kasim II ini. Ikon baru Kabupaten Siak ini dibuat khusus menghadap ke sungai Siak,” kata Bupati Siak saat meresmikan pemakaian Gedung Daerah SSK II itu.

Dari filosofinya, pembangunan gedung ini terinspirasi dari pola pembangunan kota oleh para Sultan – Sultan Kerajaan Siak terdahulu, dimana setiap gedung yang dibangun dengan konsep menghadap ke sungai (water front city).

“Didalam Al-qur’an surah Al-Anbiya ayat 30 juga sudah disebutkan, yang artinya ‘dan dari airlah kami jadikan segala sesuatu yang hidup’. Sesungguhnya pemikiran ini merupakan landasan filosofi yang mendalam daru oara sultan terkait keberadaan Sungai Siak,” kata beliau yang menyebutkan Gedung Daerah menjadi simbol kebanggaan masyarakat Negeri Istana ini.

Untuk pemberian nama gedung ini sengaja mengambil nama Sultan Syarif Kasim II untuk mengenang sosok Sultan terakhir dari Kerajaan Siak yang juga ditetapkan pemerintah pusat sebagai Pahlawan Nasional.

Menariknya lagi, gedung daerah ini dibangun berdampingan dengan jembatan bentang panjang pertama di Kabupaten Siak, yakni jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah yang merupakan permaisuri Sultan Syarif Kasim II.

Dan di seberang sungai daerah ini juga terdapat bangunan Islamic Center Kabupaten Siak yang diberi nama Masjid Sultan Syarif Hasyim yang merupakan nama ayah dari Sultan Syarif Kasim II.

Gedung daerah Sultan Syarif Kasim II convention hall ini merupakan gedung pertemuan serba guna yang juga akan berfungsi sebagai sarana rekreasi bagi seluruh masyarakat Siak serta diharapkan juga akan menjadi pengembangan kawasan komersial yang akan memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat tempatan.

Desain gedung ini diadopsi dari falsafah nilai kebudayaan melayu. Filosofi gedung daerah berbentuk “combol” yaitu perangkat tepak sirih berbentuk bulat, melambangkan kondisi sosial budaya masyarakat melayu Siak yang selalu ‘welcome’ kepada setiap tamu yang datang.

Saat malam hari, warga Siak juga bisa melihat pelangi di atas atap gedung dengan lampu warna khas melayu (kuning, hijau dan merah). Kedepannya, gedung daerah Sultan Syarif Kasim II ini akan menjadi komplek zonasi khusus dengan pengamanan yang rapi.

Dilengkapi juga dengan taman burung, arena bermain, joging track, air mancur, lapangan olahraga dan fasilitas umum lainnya. “Cuma karena keterbatasan anggaran, wacana ini belum dapat direalisasikan sepenuhnya,” ungkap Bupati terpopuler di Riau ini.

Selanjutnya, bangunan gedung daerah ini nantinya juga dapat dipergunakan untuk berbagai resepsi, seminar, hiburan dan ragam kegiatan lainnya. “Tentunya dengan membayarkan iuran retribusi yang akan menjadi pendapatan asli daerah (PAD) sesuai Perda terkait retribusi kekayaan daerah.

Bersamaan dengan peresmian Gedung Daerah Sultan Syarif Kasim II ini juga diresmikan pemakaian dua jembatan yang selama ini disebut dengan jembatan kupu-kupu dan jembatan kelakap.

“Kita rencanakan beberapa tahun kedepan Kecamatan Mempura dan Kecamatan Siak akan di bangun dengan konsep kota kembar dengan ciri khas pembangunannya tetap menjadi Sungai Siak sebagai sentral dalam rencana tata kota,” ungkap Bupati yang akan mengambil cuti pada pertengahan Februari 2018.

Pembangunan Jembatan yang melintasi Sungai Mempura dikenal karena bentuknya menyerupai kupu-kupu yang sedang hinggap.Tipe jembatan Butterfly Arch Box dengan jarak bentangan sepanjang 75 meter dan lebar 10,8 meter konstruksi pondasi tiang pancang jembatan berdiameter 60 cm dengan kedalaman panjang sedalam 36 meter.

Sementara untuk jembatan kedua yang melintasi Sungai kelakap dibangun dengan tipe Slab On Pile dan Composite Girder, panjang jembatannya mencapai 100 meter dengan lebar 8 meter.

Kedua jembatan ini diberi nama dari para Datuk orang-orang penting Kesultanan Siak yang makamnya berada tak jauh dari kawasan tersebut. Untuk jembatan kupu-kupu diberi nama jembatan Datuk Tanah Datar dan untuk jembatan kelakap diberi nama jembatan Datuk pesisir.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tarukim Kabupaten Siak, Irving Kahar saat dikonfirmasi menyebutkan megahnya bangunan gedung daerah ini sudah dirancang jauh-jauh hari. Sehingga pengerjaannya tidak bisa dilakukan tuntas dalam 1 tahun.

“Ikon baru Kabupaten Siak ini kedepannya akan meningkatkan PAD Kabupaten Siak. Pada malam hari, penampakan gedung ini akan mengundang banyak orang untuk datang menikmati pemandangan sungai Siak dan jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah,” ungkapnya.

Konstruksi Gedung Daerah Sultan Syarif Kasim II ini memiliki 4 pintu masuk yang setiap pintu diberi nama Datuk-Datuk. Bangunan gedung daerah berlantai 2 dengan kapasitas daya tampung 2.000 orang.

“Untuk bisa mencapai ke sini juga disiapkan akses jalan masuk dua arah yang saat ini masih dalam tahap pengerasan pondasi. Gedung Sultan Syarif Kasim ini menjadi gedung pertama yang memiliki sertifikat laik fungsi di Kabupaten Siak,” kata Irving.

Sumber : Humas Kab. Siak, 25 Januari 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WordPress › Galat