Tapah Main Asal Sungai Mandau

Berita852 Dilihat

Beragam kostum tradisional yang unik dari berbagai daerah, dari dalam maupun luar negeri turut meramaikan Pawai Budaya Internasional di depan Istana Siak.

Pawai Budaya menjadi salah satu kegiatan pada perhelatan Festival Siak Bermadah 2018. Salah satu peserta dari Kecamatan Sungai Mandau mengangkat cerita rakyat yang berjudul Tapah Main.

Kontingen Sungai Mandau berhasil meraih juara III, hadiahnya langsung diserahkan oleh Bupati Siak kepada Camat Sungai Mandau pada acara penutupan Festival Siak Bermadah, Jumat (12/10/2018) malam.

“Syukur alhamdulillah, tim kami dipilih sebagai juara III, ini jadi motivasi untuk tahun depan bisa dapat yang terbaik”, kata Camat Sungai Mandau Novendra Kasmara.

Seperti diketahui kata Pepen, Kecamatan Sungai Mandau dikenal dengan Ikan Tapah nya. Di hulu Sungai Mandau mengarah ke barat persisnya berada di daerah Balai Pungut sekarang, konon di setiap penghujung tahun masyarakat di berikan nikmat, berupa ikan yang melimpah.

Yang menjadi keanehan lanjutnya adalah ikan yang ada di daerah itu seperti ikan mabuk atau mehimpeh tolou, ada juga yang mengatakan istilah ikan main yang menjadi orang heran ikan yang mabuk itu kebanyakan ikan tapah, maka disebutlah dengan Tapah Main.

“Di Balai Pungut itu dulu pernah berdiri sebuah kerajaan kecil, konon katanya kerajaan ini berdiri sebelum ada Kerajaan Siak yaitu kerajaan Koto Pait”, tutur Pepen.

Di Balai itu sang raja yang adil tersebut menyaksikan rakyatnya mengutip ikan terutama Ikan Tapah. Kemudian raja tersebut berpesan agar rakyatnya tidak melanggar pantangan yaitu tiga hal dalam menangkap ikan di Sungai Mandau ini.

Pertama, tidak boleh menggunakan alat penangkap lain selain rotan yang sudah disiapkan. Kedua tidak boleh menangkap ikan dengan cara mengeluarkan darah dan Ketiga tidak boleh saling bertengkar atau berebut.

Jadi siapa saja menangkap ikan cukup hanya membawa rotan yang sudah dibelah lalu ditusuk pada insang ikan tersebut kalau sudah penuh tali rotan tersebut lalu ditambat ke tepian sungai dan di beri tanda.

Namun yang namanya manusia ada juga yang sarakah, melanggar pantangan,  karena ingin banyak lalu melakukan dengan cara yang tidak boleh. Akhirnya semakin tahun semakin berkurang ikan yang biasa banyak sekarang tinggal sejarah.

Sumber : MC Kab. Siak, 12 Oktober 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WordPress › Galat